“Wahai ombak, mengapa engkau tidak pernah berhenti bergerak? Tidak lelahkah engkau terus menerus bergerak sepanjang hari sepanjang hidupmu?”, tanya pantai kepada ombak.
Ombak
menjawab, “Wahai pantai, aku ada karena aku bergerak, jika aku tidak
bergerak maka aku tidak ada. Lelah bagiku tiada artinya, karena gerak
adalah eksistensiku.”
Itulah
ombak. Ombak hanya akan ada jika dia bergerak. Demikian juga manusia,
keberadaan manusia bukan hanya dilihat dari fisiknya, melainkan
geraknya. Jika dia hanya terus-menerus berada dalam rumah, meskipun
secara fisik dia ada, namun sesungguhnya dia tidak ada. Bukan karena
dirinya tidak ada, melainkan dirinya tidak dikenal.
Banyak
cara yang bisa dilakukan oleh manusia agar dikenal. Dia bisa melakukan
banyak interaksi dan sosialisasi dengan sesama manusia. Namun, cara
terbaik bagi manusia agar dikenal adalah dengan berkarya. Terlebih lagi
adalah sebuah karya yang bernilai, yaitu sebuah karya yang dapat
memberikan sumbangsih untuk kemajuan umat dan bangsa.
Nabi
Muhammad saww telah tiada, demikian juga Ali bin Abi Thalib, Ibnu Sina,
Ibnu Rusyd, Murtadha Muthahhari, Mulla Shadra, Einstein, Thomas Alva
Edison, Mozart, Leonardo da Vinci, Pramoedya Ananta Toer, Jalaluddin
Rumi, Muhammad Iqbal, dan lain sebagainya, namun eksistensi mereka
tidaklah mati seiring dengan hancurnya. Malah eksistensi mereka tetap
dikenal dan terkenal.
Mereka
dikenal bukan karena fisik mereka. Mereka dikenal kamrena sumbangsih
mereka dalam kehidupan ini. Semakin besar dan berarti sumbangsih mereka
bagi kehidupan ini, eksistensi mereka akan semakin dikenal dan abadi.
Namun demikian, perjalanan kehidupan mereka bukanlah tanpa rintangan,
bahkan tidak jarang mereka menemui batu karang yang sangat besar. Namun
bagaikan ombak, mereka terus bergerak dan bergerak hingga akhirnya
sampai ke pantai. Bahkan tidak jarang pula, batu karang yang sangat
besar itu akhirnya hancur bahkan larut ikut serta bersama ombak menuju
pantai.
Inilah
hakikat kehidupan. Berkarya, berkarya dan berkarya. Yang jika
diterjemahkan ke dalam bahasa agama menjadi ibadah, ibadah dan ibadah,
bukan ibada dalam artian ritual semata, melainkan juga ilmu, amal dan
sosial.
Jika
ombak dapat berkata, maka dia akan berkata pada manusia, “Wahai
manusia, aku siap mengantarkanmu ke tengah lautan dan mengantarkanmu
kembali ke pantai. Mana kapalmu, mana kailmu?”
Namun
sayangnya, banyak manusia yang tidak menjawab seruan ombak ini, bahkan
mencari sejuta alasan untuk tidak mengarungi lautan. Namun ironisnya,
mereka berharap memperoleh hasil yang besar dari lautan, mereka berharap
ikan-ikan akan datang menuju pantai.
“Jangan
tanya apa yang negara dapat berikan kepadamu, tapi tanyalah apa yang
dapat engkau berikan untuk negara.”, kata John F. Kennedy. “Allah tidak
akan mengubah suatu kaum kecuali kaum itu mau mengubah nasibnya
sendiri.” Firman Allah SWT sebagaimana yang tertuang dalam al-Quran.
“Engkau ciptakan malam, maka aku ciptakan pelita. Engkau ciptakan
ombakan, maka aku ciptakan kapal.”, kata Iqbal.
Ayo
kawan, marilah berkarya dan berkarya. Lakukan semaksimal mungkin yang
engkau bisa lakukan. Yakinlah bahwa yang engkau lakukan tidaklah akan
sia-sia, apalagi jika engkau melakukannya dengan tulis dan ikhlas karena
Allah, maka segala yang engkau lakukan akan menjadi amalan yang akan
memberatkan timbangan amal baikmu sehingga satu-satunya tempat yang
layak untuk kau peroleh adalah surga.
Wallahu ‘alam bi shawab.
Jakarta, 30 januari 2009
Dikerjakan di tengah kesibukan bekerja,
Ide yang muncul secara tiba-tiba sayang untuk disia-siakan.
Max Hendrian Sahuleka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar